Sabtu, 26 Februari 2011

Enak Mana Boss ataw Anak Buah..?

Maksud Boss disini kan bukan hanya menjadi CEO, Direktur, ataw Manager. Menjadi seorang Supervisor, Section Chief, Superintendent, atau cuman Lead Engineer pun di lapangan bisa dipanggil Boss. Ini karena dia punya anak buah, punya tanggung jawab, menguasai area pekerjaan yang luas dan dia bisa men - check pekerjaan orang lain.
Kita ga usah bicarakan bagimana kerja CEO ataw Direktur soalnya saya juga belom pernah, tapi kalo cuman lead engineer apalagi rakyat biasa alias engineer doank emang ini langganannya.
Sekarang coba kita bicara enakan mana jadi lead engineer atau seorang senior engineer ? Untuk kasusnya kita bicara di Indonesia dan Saudi karena di sini yang saya tahu day to day activitynya.
Kita bicara yang di Indonesia dulu.
Apa sih enaknya jadi Lead Engineer atau Engineering Manager sekalipun ?
Tentu yang pertama dirasakan adalah menjadi orang terkenal. Kalo rakyat biasa ketika di ruang meeting sering ga dianggap sekarang mulai sering diundang bisa bertemu "Boss" dari department lain bahkan dengan Direktur. Apalagi kalo kita bergabung di perusahaan yang besar , kita akan sering bertemu dengan Para Manager dari rekan kerja (baca: Kontraktor) bahkan sang kontraktor Direktur pun ketika bicara dengan kita akan banyak tersenyum. HP juga mulai sering berdering tapi bukan lagi cuman dari istri tapi dari rekan "Boss" atau para kontaktor.
Apalagi kalo ngomongin Gaji ditambah dengan tunjangannya pokoknya mengkilap lah.
Sekarang coba kita lihat dan bicara sisi yang lainnya.
Begitu ada project baru ataupun Plant Turnaround (Overhaul) apalagi Unscheduled Plant Shutdown due to equipment failure or misoperation baru deh kelihatan belangnya.
Mulai dari mejelaskan tentang apa project ini, ngatur tugas untuk masing-masing anak buah, nyiapin schedule, ngundang kontaktor beserta nyapin technical query nya, maintaning budget and schedule sampai ngurusin Over Time anak buah, trust me guys it's really "cracking" our head.
Ditengah project pun panggilan meeting mulai gencar datang, kontraktor / Vendor yang minta ketemu. me review semua query yang masuk, approving berbagai macam safety permit, tandatangan ini - tandatangan itu, apalagi kalo ada safety accident, pokoknya super sibuk.
Pulang setiap hari musti telat bahkan sering larut, nyiapin laporan buat besoklah, ngecek kerjaan dululah, disini.. Waktu untuk keluarga mulai berkurang, komitment yang kita buat keluarga mulai tidak terjaga.
Untuk apa semuanya ini ?
Sekarang kita bicara tentang rakyat jelata alias engineer biasa, Apa enaknya...?
Saya bicara kasus di Saudi...
Datang jam 7 pagi - jam 15.30 udah pulang..
Datang pagi ga dibebani pikiran ngurusin pekerjaan orang lain yang belom selesai di check ataupun belom selesai dikerjakan. Sampai di kantor kerjaan "seperti biasa" udah menunggu, selesai satu yang lain sudah menunggu, target sudah ditetapkan tinggal bisa-bisanya kita aja ngatur "pace" dan stamina. Jam 3 lewat 30 menit teng.. pulang, kalo mau lembur juga bisat asal jelas hasilnya.Terlebih bulan ramadan kemarin, jam 1 siang udah pulang sesuai peraruran pemerintah Saudi untuk moslem employee that should only get 6 hrs working hour.
Kita ga ngurusin masalah Non Teknis. Pulang ke rumah cuman 10 menit perjalanan, badan masih segar dan ketemu keluarga.
So fellas.. enakan jadi anak buah kan..? Ga maksa sih.. ga setuju juga ga pa-pa..!!
Kenapa ? banyak orang yang bertanya..
Sampai keluarga, tetangga, & teman menanyakan alasannya padahal : "I already have a beautiful wife, 3 hilarious kids, decent house, nice job, latest Nissan and quite tough actually".
Alasan :

Gaji jelas lebih dari cukup, ga dipusingin urusan meeting terlebih safety procedure yang musti terus dimonitor (disini udah ada orang khusus yg me- monitor required safety standard that shall to be followed) pokoknya "did the best you could" tanpa harus memecahkan masalah interface dengan departemen lain. Pulang kerja "happily ever after" to see your family.
But folks, please... don't get me wrong kasusnya sangat situasional. Lain orang lain belalang.
I just want to enjoy my life with family, see and raise all my children. I'm not bothered with carrer.
I realize that my most valuable assets that I have are my wife and my children. I will not trade them with any other thing especially for what we called "career".
Mungkin nanti ada yang bilang : "ya iyalah kalo sisi financialnya udah mencukupi baru bisa bilang kaya begitu".
Tapi percayalah bahwa cukup itu relatif kok.
But there's one thing I do believe that every single of us has our own working paradise.
So guys enjoy your life and nobody said that life gonna be easy.

(Copas dari Santoso-Petrokemye-Saudi)

2 komentar:

santoso mengatakan...

Sedikit cerita untuk memotivasi jadi 'alumni'..
Karena saya sering merasa 'terharu' dalam hati dengan apresiasi yang diberikan ke kita begitu banyak. Mereka sangat menghargai knowledge/skill/competence yang kita punya pada saat dulu kita dianggap 'nobody'..

Abu Dhiza mengatakan...

kata kuncinya qta merasa "ada" bila "dihargai" ya boss????

bagus banget notes nya....