Minggu, 01 Agustus 2010

Process And Engineering Dept. Akhirnya ada di ASC

Setelah sekian lama berdiri akhirnya ASC mempunyai departemen Process And Engineering yang diperusahaan lain sudah ada sejak berdiri. Departemen ini diharapkan nantinya akan mengurusi proyek-proyek yang berhubungan dengan divisi Produksi.
Anggotanya sendiri diambil dari beberapa Staff Produksi baik dari yang bener-bener level Staff dan juga Section Chief, yang mengherankan ada juga Manager yang ditempatkan sebagai "Staff biasa" di Departemen ini, tentu saja konsekuensinya mereka tidak mendapat fasilitas sebagaimana layaknya MAnager (jabatan mereka sebelumnya), Dari komposisi ini agak membingungkan, apakah departemen ini tempat "pembuangan" atau memang untuk membuat ASC lebih maju??????
Departemen ini dipimpin Oleh Hasnul ARifin sebagai Manager, dan berada di DIvisi Technical, tidak mempunyai Section Chief tapi berisi Orang-orang yang berlevel minimal R-7 (kecuali Sigit dan Putu), Berikut anggota Staff yang dititipkan di departemen ini : John Castro (bekas manager CVT), DaniGL (bekas manager Enviro), Toto Apriyanto (ex-SC Utility), Agus Prasetyo (Ex-PVT), M Zein (ex-SC VCM-1), Oentung Margono (Ex-SC PVC-2), Putu Mudita (ex-staff CVT), Sigit Wijayanto (ex-staff VCM-1)
Berita lengkap mengenai perubahan organisasi di ASC di bulan July 2010 ini akan diupload next edition....

Senin, 26 Juli 2010

Alumni Bertambah


SEtelah beberapa lama menunggu, akhirnya beberapa rekan ASC, behasil menjadi Alumni, sementara ini yg telah pergi diawal bulan juli ada 4 orang, 3 dari Produksi, yaitu, Atzuari (VCm-2), Mujabin (CA-2), Trimarwanto (PVC-1), mereka bersama-sama menuju Qapco, selanjutnya disusul oleh rekan kita Santoso (Eng)yg berhasil menuju Saudi-Petrokemye.
Sementara ini masih ada beberapa rekan yg menunggu keluarnya Visa mereka, 2 orang dari QA yg akan menuju QVC, dua orang produksi yang menunggu Chevron-Saudi dan dua orang algi yg akan menuju Q Chem, sementara baru ini berita yg bisa diinformasikan, semoga rekan-rekan alumni diberi "kesuksesan" diluar sana, dan diharapkan setelah berhasil "tidak lupa" dengan rekan-rekan yang lain yang masih ingin berjuang menjadi alumni ASC...

Selasa, 08 Juni 2010

Anti Klimaks

Setelah melalui beberapa tahap hari senin kemarin terjadi sesuatu yang mengejutkan sekaligus antiklimask dari persoalan yang berkembang antara SpKEP dan manajement ASC. Sesuai dengan janji Menagement yang akan menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan SP, hasilnya semua permintaan dari SP ditolak secara halus oleh management, dengan alasan klise, yaitu sebenarnya naik gaji sekarang sudah jauh lebih tinggi dari tahun kemarin atau sebelum-sebelumnya (anak SD juga tahu masalah hitungannya), dan kondisi perusahaan yang lagi kurang bagus (ditandai dengan pembangunan MEss Jepang,TEG, fasilitas lain dipabrik, dan proyek duren pembuatan CA-4 dan VCM-3.
Jumat sore Pengurus dan KOmisaris mengadakan meeting untuk membahas masalah ini dan sepakat hari senin akan melayangkan keberatan terhadap jawaban perusahaan dan ijin akan melakukan aksi lagi dihari selasa (karena manajement keberatan dengan aksi kemarin karena tidak ijin), secara tidak terduga Senin pagi Pengurus berkesimpulan untuk menerima jawaban management dan akan menghentikan aksi dan berjanji akan mengawal setiap keputusan manajemeng kedepannya seperti bonus dan kenaikan gaji, mereka megnundang komisaris pada pukul 13 00 untuk menjustifikasi keputusan mereka.
Tentu saja karena diadakannya mendadak, komisaris banyak yang tidak hadir, dan tentu saja keputusan itu bersifat final dan tidak bisa diganggu gugat.
Anggota (arus bawah) tentu saja kaget mendengar berita ini, karan keputusan jumat saja baru disosialisaikan ke anggota untuk demo masa sudah berubah lagi..., Admin sendiri kebanjiran telpon mengenai keputusan ini, semua merasa kecewa dan tidak percaya dengan keputusan ini, kenapa dari awal mereka tidak mengatakan masalah ini, yang ditakutkan anggota, manajemant sekarang diatas angin dan akan mengambil segala keputusan akan lebih buruk dari sebelumnya karena toh SPKep ternyata melempem alias nerimo.
Kondisi sekarang timbul ketidakpercayaan anggota kepada pengurus SPKEp, dicurigai ada sesuatu dihari sabtu-minggu, dan berencana mengumpulkan tanda tangan anggota untuk menuntut tanggung jawab dari pengurus alias harus menjelaskan kondisi sebenranya situasi pada saat itu????????!!!!
Demikian kondisi terakhir, semoga kondisi ini menjadi pelajaran kepada seluruh komponen ASC, segala sesuatu harus dipikirkan dengan matang, karena jika dilakukan separuh hati akan berakibat fatal jadi bumerang buat kita sehingga timbul persoalan yang lebih besar.
Baut ALumni ASC yang diluar sana dimanapun berada dimohon masukannya dengan kondisi ini, juga doanya agar masalah ini tidak berlarut-larut.

Selasa, 01 Juni 2010

Strategi atau???

Setelah menunggu hampir seminggu lebih, hari ini tanggal 1 Juni, Management ASC memanggil pengurus SPKEP , untuk mengklarifikasi surat yang dikirimkan ke manajement ASC tertanggal 25 Mei 2010, yaitu mengenai 3 tuntutan, Evaluasi dan pensiun.
Anehnya hari ini dalam pertemuan tersebut hanya seputar klarifikasi dan alasan kenapa SP menolak keputusan yang telah ditetapkan oleh management mengenai Evaluasi kenaikan gaji berkala 2010.
Mungkin rekan2 alumni masih penasaran berapa sih yang diberikan oleh menagement ASC tahun ini...??
Berdasarkan rumus yang telah kita gunakan belakangan ini , yaiut inflasi +(10%inflasi) + Evaluasi, Inflasinya sendiri yaitu 3,81, So minimum kenakan yaitu = 4,19%
Anehnya dengan Inflasi yang kecil ini, managemant ASC juga mengeluarkan rumus yang aneh untuk evaluasinya (terkecil setelah tahun 2001), yaitu :
NIlai A = 3~4% ; B= 2~3%; C= 1~2%; selanjutnya D dan E = 0
Hal inilah yg memicu kemarahan dari SPKEP, mengapa perusahaan yang akan expansi lagi ditahun ini (project CA-4 + VCM-3) malah memberikan hasil yang sangat tidak disangka seperti ini, dan lagi terlalu banyaknya permintaan dari Plant DIrektur terhadap karyawan dari Kaos kaki sampai ikat pinggang, sholat dll semua diatur tapi hasil yg diperoleh tidak sesuai yang diharapkan.
Dengan ditunda nya lagi keputusan mangement yang konon kabarnya akan diumumkan jumat ini tanggal 4 juni, sepertinya management sengaja mengulur-ulur waktu sampai SPKEP kehabisan Energi sehingga nantinya akan dengan mudah dilenyapkan semangatnya...
dan jug ahal ini bisa menimbulkan perpecahan antar yang ingin maju terus dengan yang ingin berkahir sampai disini...
BAgaimana kelanjutannya, dimohon doa dari rekan2 alumni semoga semangat pengurus SPKEP dan komisaris tidak jadi turun dan lemah yang bisa melenceng dari tujuan awal...

Rabu, 26 Mei 2010

Laporan Pandangan Mata







SEtelah sempat direncakan selama seminggu, ternyata acara aksi damai sementara ini dihentikan, karan langsung mendapat respon dari board of director (BOD) PT ASC, gimana kelanjutannya bisa diikuti terus samapi masalahnya tuntas.. berikut beberapa gambar yg bisa diabadikan oleh rekan2...

Selasa, 25 Mei 2010

De Javu Di bulan April

Tentu rekan-rekan alumni masih ingat, di Bulan April 2000, terjadi perstiwa yang cukup mengehebohkan di ASC, pada saat itu ditengah pelanksanaan perundingan kenaikan gaji yang cukup alot, Dikomadoi oleh SP KEP , seluruh karyawan melakukan aksi menduduki kantin selama 1 jam (jam 12 00 sampai 13 00), dan itu sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh management yang hasilnya kita ketahui bersama....
Hari ini tanggal 25 Mei 2010, terjadi aksi yang lebih heboh di ASC (foto menyusul)sluruh karywan daily yang telah datang dari jemputan hanya menyeclock absen, kemudian berdiam diri di tempat parkir sampai bel 07 30 berbunyi, karyawan shift I yang biasanya pulang jam 07 10, ikutan aksi ini sehingga keberangkatan bus diundur sampai jam 07 30..., aksi ini kemudian dilanjutkan dengan aksi menduduki kantin jam 12-13 siang... mantaps deh.. jadi inget jaman dulu hehehhe. walaupun dari segi koordinasi masih jauh dari tanun 2000, tapi hal ini tentu saja mengejutkan seluruh manajamen, Plant Direktur Kashiyama sempat bingung, biasanya doi menyambut karyawan dipintu gerbang,, bingung kok karyawan ga ada yg masuk, jadilah doi sendirian Taiso ditemanin oleh seorang security... setelah Taiso doi berusaha mendekati karywan yg masih diluar posisinya, untuk mencegah terjadi sesuatu, Pa hasnul menarik tangannya dan berusaha menjauhkan dari kerumunan massa... coba kalo doi sempat masuk kekerumunan wah bakal seru deh...
Rencanya aksi ini akan dilanjutkan sampai hari kamis tgl 27 Mei 2010, sampai ada titik terang selanjutnya...
BEritanya bisa diikuti di next Upload...Ok , mohon doanya buat rekan-rekan Alumi , semoga semua bisa sesuai harapan karyawan.....

Selasa, 18 Mei 2010

Masih Ingat??


Pasti sebagian dari rekan-rekan Alumni masih ingat dengan KOin ini, tepatnya dibagikan saat ASC berulangtahun ke 15, saat itu juga ada program Pensiun dini. Maoritas karyawan masih menyimpan walaupun bentuknya udah bermacam-macam ada yang imitasi, ada yg berbentuk emas lain seperti gelang, kalung dll, ada juga berbentuk rumah (dibelikan semen) bahkan ada juga yang dipakai untuk buat uang sekolah ... wah pokonya selama kerja di ASC baru kali ini ada hadiah yang sanagt berguna buat seluruh karyawan.. sayangnya hal itu tidak dianggap baik oleh manajemen yang malah "hanya" memberikan Foto DIgital. barang ini banyak ditemui didalam lemari karyawan tanpa ejlas mau diapakan.., anyway.. buat rekan-rekan alumni kira2 Koinnya masih ada yg nyimpan ga yah????? untuk kenaikan gaji dan rumusnya akan dimuat next postingan....

Senin, 10 Mei 2010

Alumni ASC dpat Undian di Qatar


Ada yang meriah dalam pengumuman dan pembagian hadiah di salah satu Mall di DOha-Qatar, ternyata pemenangnya salahsatunya alumni ASC, yaitu Agus Herawan, dulunya tergabung di VCM-1 Departemen, doi berhasil mendapatkan hadiah berupa sebuah Mobil The Peninsula (Mega draw for two Toyota Land CruisersLand Cruiser), wah jadi inegt waktu ASC masih sering bagi hadiah saat Ultahnya... (agustus), apa dulu Agus Herawan sering dapet kali yah.., kalo ADin sih sampai sudah ditutupnya undian belum pernah dapet, bahkan hadiah hiburan berupa gantungan Kunci aja kagak pernah neyntuh... capek deh.., anyway selamat yah buat Agus..Hadiahnya diuangin aja tuh... lumayan buat beli mobil di Indo heheh..
Lebih jelasnya bisa dilihat di http://www.thepeninsulaqatar.com/Display_news.asp?section=Local_News&subsection=Qatar+News&month=May2010&file=Local_News2010051034951.xml

Sabtu, 01 Mei 2010

Pintu masuk baru



Rekan-rekan ALumni asc yang kangen ama ASC,sekarang untuk masuk keluar ASC harus melalui pintu besi yang bisa terbuka setelah kita mengabsen dengan jari tangan kita, jadi bagi rekan2 yang sering keluar masuk pada jma kerja agak ribet sekarang... harus pake Ijin security dll, ups..kalo ini sih dari dulu ga seperti ini tapi masih sering nyuri2 tuh..alias melarikan diri.. heheheh.., ditambah gapura yang keren... wah mantaps deh.. dari luarnya ASC lihat pintu gerbang mantaps... mau lihat nih penampakannya....

Selasa, 27 April 2010

Tidak nyaman berarti kita sedang tumbuh

Di ASC sekarang baru ada pengumuman yg promosi dan kenaikan berkala.., ternyata tahun ini agak beda, di mailing list petinggi asc saling membesarkan hati bagi yg gagal naik..dll, including divisi manager ikutan juga nimbrung, ini ada artikel yg cukup menarik bisa bikin motivasi rekan2rekan yg ingin meninggalkan kenyamanan bekerja di ASC...

Ada penelitian di sebuah falkutas:
Ada satu ulat yang mau menjadi kepompong,
pada waktu dia mulai keluar dari kepompongnya untuk menjadi
kupu - kupu, proses ini dipermudah..

Pada waktu itu dipermudah, dibukain kepompongnya dan
akibatnya apa yang terjadi? Kupu - kupu tadi jatuh dan
dia mati, dan dia tidak bisa terbang.

Ternyata di design oleh alam semesta, pada waktu dia mau
keluar dari kepompongnya, dia merasa tidak nyaman.
Dia bersusah payah ketika dia begerak dan mendorong seperti
ketidak nyamanan tadi, ternyata itu membuat aliran-aliran
istilahnya zat-zat yang penting di dalam sayapnya sehingga
sayap dari kupu-kupu tadi siap dan kuat untuk digerakkan
sehingga kupu-kupunya bisa terbang.

Dan ternyata kalau dipermudah hasilnya ternyata malah membuat
kupu-kupu tadi mati.

Setiap penghancuran, itu adalah proses dari satu penciptaan.
Ketidaknyamanan itu adalah awal dari kita tumbuh menjadi
lebih baik. Ketika orang mau tumbuh, ototnya menjadi lebih besar,
ketika dia latihan angkat Barbel dari 1 (satu) sampai 10 (sepuluh),
itu sudah paling berat.

Ototnya pada hitungan keberapa akan tumbuh? Bukan, bukan kesepuluh,
tapi keduabelas, ketigabelas atau bahkan keenambelas baru dia tumbuh.

Ketika ia keluar dari zona nyaman dan menuju kesebelas,
duabelas dengan sekuat tenaga, yang terjadi adalah ototnya
bertambah besar.

Nah ketika kita mengalami satu tantangan didalam hidup ini
selalu pegang prinsip ini: Ketika saya merasa tidak nyaman
berarti saya akan lebih baik karena hal ini.

Tidak Nyaman Berarti Tumbuh.

sumber: Tung Desem Waringin

Sabtu, 24 April 2010

1 Lulus, 6 menyusul?????


Setelah beberapa lama sepi, bulan ini ada 1 orang lagi karyawan ASC yg berhasil lulus jd Alumni ASC, Adi Wikarya _QA Departemen yg menuju Qatar Alumunium (Qatalum), dan ternyata masih ada 6 rekan lagi yg menunggu Visa untuk memastikan menjadi Alumni ASC, yg 2 untuk Chevron-Saudi, 2 lagi untuk QAPCO dan yg dua lagi untuk Borouge, siapakan mereka tunggu beritanya di Alumni ASC, bisa sedikit ngintip inisialnya, KJ dan HB (Chevron); MT dan MJ (QAPCO) semunya dari Produksi dan DQdan MA utk Borouge-QA and Maint (maaf agak samar karena takut ketahuan boss ntar diintimadasi lagi...)

Jumat, 23 April 2010

Lulusan terbaik jadi tukang sapu



Beginilah CErmin ketidakberesan Manajemen di Indonesia.., KKN, Kolusi, lebih mementingkan diri sendiri, kalo sudah diatas membela kepentingan Bos aja..capek deh..makanya tinggal ada trigger aja bakalan deh kerusuhan akan meluas...sepeti COntoh berita dibawah ini..

PEKANBARU (RP) - Matahari sudah semakin tinggi di atas Gedung Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Riau di Jalan Gajah, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Beberapa orang lalu-lalang di kantor tersebut, namun seseorang berseragam dinas yang akhirnya diketahui bernama Jack Lord (30) masih tetap berkutat dengan tangkai sapu dan kain lap untuk membersihkan beberapa lantai ruangan di kantor tersebut.

WARGA Jalan Genteng Perumahan Tampan Permai, Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tampan, ini, sebenarnya adalah seorang PNS golongan III A, namun saat bercerita dengan Riau Pos di kantor tersebut dia terkesan malu dan hampir tidak mau mengakui bahwa dia adalah PNS yang pernah menamatkan kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Riau (Unri) dengan indeks prestasi kumulatif 3,75.

Kenyataan tentang dirinya adalah seorang sarjana tersebut hampir tenggelam dan tidak terlacak jika sekilas melihatnya, namun Riau Pos terus bertanya tentang siapa diri Jack sebenarnya. Jack Lord kemudian memulai ceritanya bahwa dia sudah menjadi PNS tahun 2002 dalam kualifikasi tamatan SMU pada golongan IIB sebagai pengatur muda tingkat satu.

Pada tingkat ini, Jack mulai bekerja sebagai tenaga cleaning service. Dia setiap harinya harus menyapu lantai dan membersihkan ruangan, mengepel, membersihkan kaca, bahkan membersihkan kakus di kantor tersebut. Namun resminya tercatat pekerjaannya adalah sebagai pengelola kebersihan ruang belajar dan aula kecil.

Saat bercerita itu, suara Jack Mulai lirih, tangan kanannya yang memegang tangkai sapu terlihat bergetar, tarikan napasnya juga terdengar cepat. Perlahan matanya mulai berkaca-kaca.

Jack mengaku, sambil bekerja, dia berusaha untuk kuliah karena dia juga punya cita-cita menjadi seseorang yang bisa dibanggakan oleh orang tua dan keluarganya. Namun sampai Rabu (21/4) kemarin, nasibnya tetap saja sebagai tukang pel lantai LPMP.

Walaupun Jack telah berhasil menamatkan kuliah dan lulus hampir dengan nilai cum laude di universitas negeri terbesar di Riau serta telah melewati proses penyesuaian ijazah, tapi tak ada perubahan dalam pekerjaannya.

‘’Saya sudah pernah protes dan sampai ke Jakarta, namun tetap tidak ada perubahan. Sepertinya mungkin inilah takdir saya, menjadi tukang sapu saja. Saudara saya juga jadi tukang sapu jalan. Berdua bersaudara kami laki-laki yang lulus kuliah seperti dipermainkan nasib, anak yang seharusnya sudah bisa membanggakan orang tuanya, tapi sampai kini hanya jadi tukang sapu,’’ ujar Jack berlinang air mata.

Dia merasa dipermainkan dan ditindas, protes kepada atasannya terus dilakukannya. Malah pernah dia bertanya, apakah memang ada pegawai negeri golongan IIIA sebagai penyapu lantai dalam SK yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tapi waktu terus berlalu, pekerjaan harus tetap dilakukannya, dan tetap tidak ada perubahan.

Dulu saat dia protes ke Jakarta, ditanggapi oleh Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang ditandatangani Ir Giri Suryatmana. Oleh Giri, atasannya yang di Pekanbaru disuruh untuk memperbaiki SK sesuai dengan golongan yang ditempati Jack. Atasannya mengakui ada kesalahan dalam pengetikan. Tapi kondisi masih tetap saja sama setelah protes tersebut.

‘’Dengan golongan yang sama, teman-teman duduk dalam ruangan bekerja dengan kertas dan pulpen tapi saya memegang sapu membersihkan lantai. Saya tidak keberatan dengan pekerjaan ini, karena dari dulupun inilah pekerjaan saya tapi apa sesuai dengan yang sudah saya tempuh, percuma saja rasanya saya pernah kuliah,’’ ujar Jack sambil terisak.

Dengan suara lirih sambil menghapus air mata yang mulai mengalir di pipinya, Jack mengatakan, dia mengerti dengan berbagai birokrasi pemerintahan dan berbagai disiplin ilmu pemerintahan serta bagaimana manajemen kepegawaian. Menurutnya, apa yang sedang dijalaninya sekarang ini sangat bertetangan dengan hatinya yang memahami pekerjaan pemerintahan.

Lalu dengan suara lirih dan parau, Jack kemudian bertanya, ‘’Apakah nasib saya ini karena ada kesalahan dari nenek moyang atau orang tua saya dulu sebelum melahirkan saya? Tak sanggup rasanya ditahankan hati tapi saya harus hidup menjalani nasib ini,’’ tanya Jack.

Jack mengaku sedikit kehilangan percaya diri, memasuki umur kepala tiga, dirinya belum menikah. Pernah terpikir dan terasa di hatinya untuk menikahi seorang gadis, tapi kondisinya sebagai seorang tukang sapu membuatnya tidak pernah berani mengungkapkan perasaan pada perempuan pujaan hatinya. ‘’Saya ini tukang sapu, siapa yang akan mau bersuamikan saya ini. Sepertinya tak ada orang tua seorang anak gadis yang mau melepaskan anak gadisnya hidup bersama saya,’’ ujar Jack dalam dialek Melayunya yang kental.

Jack juga menjelaskan, bukan tidak bisa menerima pekerjaan sebagai petugas kebersihan, namun lebih kepada kompetensi keilmuan dan kelaziman di dunia kerja.

‘’Bukan dikarenakan tidak menghargai pekerjaan tersebut. Hanya saja, naif rasanya bila melihat orang dengan golongan yang sama, bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka. Saya sarjana Ilmu Pemerintahan, saya mengerti tugas pokok dan pekerjaan aparatur pemerintahan, etika birokrasi, pembagian kerja dan kewenangan, kebijakan publik, membuat undang-undang, bahkan ilmu politik dalam pemerintahan. Saya ini mungkin tidak kalah dibandingkan dengan para alumni Sekolah tinggi Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) atau Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), yang membedakan kami sepertinya hanya nasib saya yang menjadi tukang bersih-bersih ini,’’ ucap salah satu mahasiswa terbaik Unri tahun kelulusan 2003 tersebut dengan mata kembali berkaca-kaca.

‘’Bila dalam ketentuannya memang ada hal yang membenarkan PNS dengan golongan III A bekerja sebagai tenaga kebersihan, bisa saja tugas itu tetap akan diterima sebagai konsekuensi tugas. Hanya saja, jelas hal tersebut bukan sebuah kelaziman di lingkungan pemerintah. Apalagi bila dikaitkan dengan fakta bahwa saat ini pemerintah lebih banyak menggunakan tenaga outsourching untuk mengerjakan tugas pembantu umum perkantoran,’’ sebut Budi Astoto, salah seorang mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan ketik diminta tanggapannya tentang nasib Jack.

Dia mengaku kecewa, karena, secara kualitas, sumber daya manusia seperti Jack Lord harusnya mendapatkan job description yang jelas sesuai dengan kualifikasi ilmu dan kepangkatan yang dimilikinya.

‘’Saya bahkan baru sekali ini mendengar pegawai golongan IIIA bekerja sebagai pembersih ruangan kantor. Karena selama ini tugas itu hanya diberikan pada tenaga tidak terdidik dan tidak terlatih,’’ sebut dia.

Penjelasan tersebut juga dikuatkan oleh staf pengajar Ilmu Pemerintahan Unri, Saiman Pakpahan SIP MSi yang menyebutkan bahwa hal tersebut pasti terjadi dikarenakan penyusunan Struktur Organisasi Tata Pemerintahan (SOTK) yang tidak clear. Bila penempatan tersebut didasari oleh alasan bahwa tidak ada posisi untuk penempatan pegawai dengan golongan yang setara, harusnya, antar-satuan kerja bisa saling berkoordinasi. Dengan demikian, potensi jajaran tetap sesuai dengan golongan dan tugas pokoknya.

‘’Saya malah melihat hal ini menunjukkan lemahnya sensififitas pimpinan, karena, idealnya, pimpinan bisa melihat potensi bawahan sesuai dengan golongan. Ini baru pertama sekali saya dengar, PNS golongan III A bertahun-tahun menjadi pekerja kasar yang tugasnya membersihkan ruangan. Bisa jadi ini banyak terjadi, tapi, itu merupakan bentuk tidak pekanya pimpinan terhadap potensi yang ada di wilayah kerjanya,’’ sebut dia.

Kata Sulaiman lagi, kalau alasannya adanya sikap suka atau tidak suka, itupun tak bisa jadi ukuran dalam kerja birokrasi, karena, kinerja birokrat diukur bukan berdasarkan aspek personalitas, melainkan profesionalitas bekerja. “Adapunish and reward. Pemimpin tak bisa menilai berdasarkan ukuran suka atau tidak suka, atau aspek kedekatan. Yang kita khawatirkan dalam sistem yang seperti itu, ada pegawai dengan golongan yang lebih rendah, tapi bisa mengerjakan tugas yang harusnya bisa dikerjakan oleh petugas yang mengerjakan pekerjaan kasar tersebut,’’ papar Saiman.

Riau Pos mencoba mengkonfirmasi status Jack ini kepada Kepala LPMP Riau, Zainal, namun dalam keterangan singkatnya Zainal mengaku sedang mengikuti acara dan minta tidak diganggu dahulu.

Kasubag Umum LPMP Riau, Drs Syukhmide Hendri saat ditemui secara terpisah tidak menafikan adanya pekerja dengan tamatan sarjana dipekerjakan sebagai tenaga cleaning service di kantornya. Hanya saja, saat ditanyakan apa dasar penempatan dan pembagian kerja yang digunakan, Syukhmide Hendri berusaha menghindar dengan pergi begitu saja meninggalkan Riau Pos, padahal sebelumnya dia sempat hendak bercerita panjang seputar tugas di LPMP. Sembari berpura-pura memanggil salah seorang pegawai, Syukhmide langsung lari begitu saja.

Diminta Bersabar
Terkait masalah ini, Kepala Dinas Pendidikan Riau, Prof Dr Ir Irwan Effendi mengaku tidak bisa menghakimi lembaga maupun orangnya. Pasalnya, sesuai dengan ketentuan hal tersebut adalah kebijakan pimpinan maunpun lembaga di mana dia bekerja. Selain itu juga, sebagai PNS apapun dia harus siap menghadapinya.

‘’Kita tidak bisa menilai orang dari penilaiannya di akademis. Jika memang dia melangkah dari tamatan SMA dan baru penyesuaian berarti memang ada jenjang untuk itu. masalah apa yang dikerjakannya mungkin kerena belum ada kesempatan saja. Yang jelas dia harus bersabar saja,’’ terangnya saat dihubungi
Riau Pos Rabu

Kerusuhan karena orang India di batam


Kemarin tepatnya 22 april 2010, terjadi kurusuhan di salahsatu perusahan Pabrikasi di Pulau Batam- Kepri, Peristiwa ini berawal dari seorang tenaga kerja ASing dari India yang menyatakan pekerja Indonesia itu Bodoh dan malas..., Seperti sering mendengar dari rekan2 yang bekerja di Middle East, Orang India ini paling reseh banget, Di Indonesia aja mereka berani seperti Ini apalagi disono yah...???
Kejadian ini sempat terjadi pemusnahan properti, seprti mobil dll (dibakar giru lho...) gimana yah seandainya ini terjadi di Middle East...ga bkalan kali yah...???
Berikut serita detailnya info dari sekarng kawan yang bekerja disono..:


Peristiwa pengejekan dan rasial ini yang saya ketahui dan terekspose ke
karyawan sudah 3 kali terjadi dengan yang ini.
Peristiwa pertama dan kedua terjadi kira2 sebulan yang lalu, pemicunya tetap
orang india juga..

- Peristiwa pertama orang india ini ngomong Indonsian People Stupid, lazy...
dan umpatan lainnya...
Makian rasis ini di tujukan ke perkerja subcontraktor electrical, pada
peristiwa tersebut si orang india ini langsung di hajar oleh karyawan
drydock sendiri (lokal staff). Tapi peristiwa ini selesai setelah si orang
india tersebut minta maaf.

- Peristiwa kedua orang india ini mengatakan 98% perempuan indonesia murahan
dan bodoh. Hal ini di lontarkan ke pada 2 orang karyawan perempuan di bagian
admin QC.
Pada peristiwa ini seluruh karyawan lokal membuat surat pernyataan dan
menuntut management melakukan tindakan, akan tetapi dari pihak management
tidak ada follow upnya. Sampai akhirnya si orang india cabut karena di ancam
oleh karyawan.

- Dan peristiwa terbaru yang saya pikir akumulasi dari kesabaran orang2 kita
terhadap sifat rasis dari orang india ini yang mana tidak ada mendapat
response sebelumnya dari management dan HR.
Kata rasisme yang sama di ucapkan oleh si india ke pekerja lokal (subcont)
elecrical pada saat di mulai jam kerja.

Jadi ini adalah puncak dari akumulasi yang selama ini di pendam, di hina dan
di lecehkan sebagai anak bangsa oleh india yang mana kemampuan mereka tidak
lebih baik dari orang2 lokal sendiri - malah ada yang tidak tahu apa2. (ini
yang saya rasakan ketika bekerja sama dengan orang india tersebut - baik
ketika masih bekerja di electronic maupun sekarang yang sedang mencoba dunia
Fabrikasi) dan merekapun mencari hidup dan makan di bumi Indonesia.

Jadi peristiwa ini adalah rasa soidaritas sebagai anak bangsa (bukan hanya
sebagai teman) yang mendapat perlakuan rasis dan tidak adil di tanah air
sendiri.

Dalam hal ini, pihak pemerintah harus benar2 melindungi warga negaranya dan
selektif terhadap TKA ini. Mosok orang yang tidak tahu apa2 (kadang membaca
gambar saja mereka tidak tahu) bisa menjadi Boss di negera kita sendiri.....

Ayo....bangkitlah Indonesia ku...kibarkan panji merah putih selalu...

Senin, 19 April 2010

Alumni Pasukan Berani OT...



Masih ingat ama rekan kita satu Ini??? Doi dulunya bekerja di departemen MPU seksi Instrumentasi...sejatinya doi adalah kumpulan Anak Instrument Departemen sebelum dipecah masuk kebeberapa departemen yg mengawasi Plant..., dan DOi posisi terakhirnya bekerja di MPU, sepert yg khlayak ASC ketahui, konon dahulu kala Departemen Instrument atau yg ada Bau2 Instrumennya di ASC sangat sering TUrn Over Karyawannya, bahasa kerennta Laku keras diluarannya, baik Staf ataupun Operatornya....
Nah salah satunya 3 Musketer yg anggotanya Hesti, Yudi, dan Adi..
Yang Admin bahas sekarng kebetulan rekan kita bernama Yudi, Doi masuk ASC skitar tahun 1998 dan berhasil lulus bulan JUni tahun 2006, doi sekarang bertugas di PetroVietnam, tepatnya di Vung Tau city - Vietnam.
Kesannya setelah keluar dari ASC......Wah ternyata Dunia ini luasssssssss..banget.. bukan hanya sekjar ngejar OT tiap hari (dulunya doi termasuk pasukan berani OT pimpinan pa Yohannes heheheh...)
bagi rekan-rekan yg ingin menjalin silaturahmi dengan doi bisa meng Add doi di FB dgn nama Yudi Estea,
Buat Yudi...moga tambah sukses and sehat selalu...jangan lupa pasukannya diajak dong...Ups ntar ada yg ngirim ke Manajemen lg nih...

Kamis, 15 April 2010

QChem... masih ada yg minat..

QCHEM Campaign
Posted by : , April 16, 2010


CAMPAIGN

QCHEM will be held an interview for Operator Only.

Walk-In candidates are welcome.

Writing test only oneday:

1st Session : Writing test will be start at 08:00 WIB

2nd Session : Writing test will be start at 11:00 WIB

Those whom passed will be move to COBRA TEST

Also whom passed COBRA TEST will be interviewed by Technical Team.

Thursday May 13, 2010 Start at 08:00 At Ristz Carlton Hotel, 2nd floor, Mutiara room 1,2,5,6&7

Candidates may be need to spare time for days, if necessary.

ITB VS ITS...

Hallo semua temen2 Alumni,.. kangen juga euy ga nulis di Blog..udh sebulan ini Internet dirumah mati krn kesalahan teknis.. untuk awal dapat postingan menarik nih , moga bermanfaat..
Malam itu, saya pergi berselancar bersama Eyang Google. Mata saya terbelalak melihat kata-kata berbunyi "Melawan Hegemoni ITB" tercecer di milist alumni ITB. Padahal niat awal hanya mencari kabar tentang Dies Emas ITB setahun lalu (nama ITB resmi dipakai 2 Maret 1959). Karena penasaran, saya malah menelusuri perdebatan ini, tanpa suatu tendensi apapun. Sampai pertanyaan, siapa kampus teknik terbaik di Indonesia? Kakaknya atau adiknya?

Kampus ITS, ITS Online - Soal SNMPTN baru saja dibagikan. Mata Andi melirik Tono. "No…Pilih apa nih, B atau S?". "B aja. B itu pasti Bahagia". "Kalau S?". "S itu Sengsara Ndi. " sekejap gigi Tono berderet tampil di bawah bibirnya yang mengembang. Sementara alis Andi mengerut keheranan. Cita-cita keduanya memang jadi insinyur. Setahu mereka, hanya ada dua sekolah yang secara jantan bisa memberi mimpi itu. Tidak sedikit anak seperti Andi yang selalu bingung memilih kampus tambatan hatinya. Akhirnya image-lah yang menuntun mereka menempatkan B dulu baru S. Benar salah?

Saat ini, hampir tiap kampus memiliki jurusan teknik, kecuali Akademi Kebidanan. Tapi kalau bicara masalah dedengkotnya teknik, hanya ada dua: ITB dan ITS. Nama besar keduanya jadi rebutan anak-anak SMA sederajat. ITB terkenal dengan nama harum alumninya, salah satunya Ir Soekarno, sedangkan ITS terkenal dengan industri maritim dan dunia robotikanya.

Sayang, di mata masyarakat luas, keberadaan ITS masih di bawah bayang-bayang saudara tuanya. Seperti bayang-bayang klub sepak bola Manchester United di atas Manchester City. Wajar saja, sejak SNMPTN masih bernama UMPTN sekitar 20 tahun lalu, nama ITB tak pernah bergeser dari posisi puncak nilai rata-rata terbaik untuk kelompok IPA. ITB tetap paling favorit sedang ITS hanya mampu menggoda siswa SMA sederajat di wilayah Jawa Timur dan sebagian Indonesia Timur. Bahkan di wilayah barat, nama ITS hanya terdengar sayup-sayup.

Terbukti, tiap kali saya pulang kampung ke Depok, Jawa Barat, banyak tetangga yang bilang, "ITS ya, swasta atau negeri tuh?". Dalam hati saya membalas,"Swasta dari Hongkong!!!" . "Wah…hebat kamu ya bisa kuliah di Hongkong." ternyata ia bisa baca kata hati saya. Lain tetangga, lain pula tusukan teman lama saya yang polosnya luar biasa. "Kuliah dimana sekarang?" tanyanya. "Ehm…jadi nggak enak nih nyebut-nya," gaya saya agak sombong. "ITS dong bro!" jawab saya bersemangat. "Wah…ITS, pinter juga lu bro! Di Semarang nge-kos apa sama saudara?". Yah…

***
Sekali lagi, tanpa tendensi dan tiap fakta di bawah ini tak bisa digeneralisasi. Saya juga tak mau disebut seperti kata pepatah: istri tetangga lebih cantik dari istri sendiri. Oh salah, rumput tetangga maksudnya. Saya hanya pengamat dari perdebatan everything about ITS dan ITB di dunia maya. Saya laporkan di sini dengan kerendahan hati, semoga kita semakin terpacu.

Percaya Diri
Banyak blog (malah dari anak ITB sendiri) menyimpulkan bahwa sombong adalah sifat yang paling kentara dari anak ITB. Kalau saya menilainya bukan sombong tapi percaya diri. Simpulan lain, anak ITS malah down ketika berhadapan dengan nama besar UI, ITB, dan UGM. Pada poin terakhir ini, 80 % saya sepakat. Entah mengapa, aura mereka begitu menyilaukan.

Saya punya teman SMA di ITB, ketika sekelas di SMA dulu levelnya sepadan lah dengan saya. Kelas terbang menengah. Artinya rangking selalu melayang, bodoh tidak, pintar apalagi. Tapi ketika terakhir bertemu, wah…berubah! Kepercayaan dirinya menanjak drastis terlihat dari caranya berbicara. Katanya, menyandang gelar "anak ITB" membuatnya percaya diri. Padahal dulu, kalau ada tugas presentasi bawaannya izin ke belakang terus.

Ada sebuah idiom unik di sebuah blog,"Kalau orang ITB mikirnya negara, kalau orang ITS mikirnya bagaimana mengalahkan ITB,". "Yah…kalau ITS mah nggak level," tambahnya. Kalau ITS masih coba melangkahi ITB. Kami (ITB), tulisnya, sudah berpikir bagaimana bersaing dengan Todai, Kyodai, Beijing, Nanyang, NUS, Chulalongkorn dkk. "Lewatin dulu tuh UI sama UGM!" lanjutnya.

Saya sama sekali tidak marah. Malah saya bergumam,"Oh iya, kenapa tidak berpikir sejauh itu?". Kalau sparring partner kita Tokyo Daigaku bahkan MIT, mungkin kita bisa lari lebih cepat. Mudah-mudahan saya sedang tidak bermimpi.

Contoh lain adalah masalah gaji. Di banyak forum diskusi dunia maya, banyak cerita kalau anak ITS ketika ditanya tentang gaji oleh interviewer, menjawab dengan malu-malu,"Terserah Bapak saja," . Lantas kemudian dibalas Sang HRD "Di bawah UMR ya?". Dalam hati saya mencandai, "Oh iya Pak, tidak apa-apa, yang penting bisa makan. Ngomong-ngomong UMR itu apa Pak?"

Beberapa posting menyebut bahwa fresh graduate ITB terkenal berani pasang tarif tinggi. Benar atau tidak tak jadi masalah. Bagi saya bukan masalah uangnya, tapi keyakinannya. Seperti beberapa ekspatriat di Indonesia. Berapa persen sih dari mereka yang punya "kemampuan sebenarnya". Kadang malah hanya menang penampilan, percaya diri, dan bahasa Inggris cas-cis-cus.

Lulusan bermutu ibarat Mercy SL Class. Dua milyar atau sebanding dengan dua Alphard pun jadi impas untuk mobil dengan spesifikasi seperti itu. Nah, anak ITS bisa kasih harga bersaing seperti anak ITB. Kalau cocok, membayar berapa pun perusahaan mau. Usut punya usut, beberapa survey top university juga melakukan penilaian terhadap "harga jual" fresh graduate dalam menentukan world rank.

Apresiasi
Saya membaca dua tulisan tentang perkembangan robot ITB di website ITB. Sangat apresiatif. Walaupun seumur hidupnya tak pernah mampu mengalahkan PENS-ITS, mereka punya tekad besar dan dukungan besar untuk maju. Namun di beberapa blog, terpuruknya ITB di bidang robotika jadi bulan-bulanan civitasnya. Dari kritik sampai hujatan, lengkap. Maklum, Robot sudah seperti lambang supremasi anak teknik. Salutnya, walau ada beberapa yang tetap tak mau mengakui dengan menunjukkan prestasi ITB di bidang lain, tapi masih lebih banyak yang bilang,"Kita harus belajar dari mereka,".

Saat saya main ke UI, waktu itu UI bikin baliho besar ucapan selamat atas masuknya UI di peringkat 250 besar world's top university. Saya hanya membayangkan sambil tersenyum, itu baliho bisa sebesar apa ya kalau UI peringkat satu universitas terbaik sedunia-akhirat.

Penghormatan yang mungkin kurang dari diri kita. Banyak mahasiswa yang mendapat juara "cuma diambil pialanya saja". Padahal berapa sih ongkos bikin spanduk untuk membuat ucapan selamat. Bunyi "Selamat kepada Tono atas Juara bla bla bla" itu sudah cukup. Si pemilik nama yang dipampang di sudut jalan itu wes bangganya minta ampun.

Kurang apresiasi atau memang tak ada yang berprestasi, saya tidak tahu. Saya jadi ingat kawan saya di salah satu organisasi yang sering lomba ke luar negeri. Ia mengeluh,"Kalau kita sukses saja, baru dibangga-banggakan. Tapi giliran dimintai bantuan (moril atau materil) pada ngilang semua,". Ya, mahasiswa butuh apresiasi atas tiap ukir prestasi mereka.

Bukan hanya satu, saya sering dengar banyak mahasiswa ITS baik yang mewakili organisasi ataupun pribadi, ketika lomba pakai kantong sendiri dengan segala keterbatasannya. Tapi ketika pulang bawa piala dianggap usaha bersama satu ITS. Istilah kebahasaannya "Totem Pro Parte".

Saya yakin sekali, sebenarnya segmen profil dalam website ITS dapat terus di-update. Namun terkadang, prestasi tersebut sampai ke meja redaksi hanya dari mulut ke mulut. Sedangkan sangat tidak mungkin bagi 12 reporter ITS Online untuk menanyakan satu per satu ke jurusan, siapa civitas yang berprestasi minggu ini.

Masalah jumlah doktor dan profesor juga jadi perdebatan. Kata mereka dalam forum, jumlah doktor pengaruh pada kualitas pengajaran. ITB masih menang jauh dari ITS. Dari 1056 dosen, ITB punya 800 doktor. Sedangkan dari data Laporan Rektor ITS, sampai Oktober 2008 (maaf kurang update) dosen ITS yang bergelar doktor hanya 200 dari 1125 orang. Belum lagi melihat produktivitas ITB dalam jurnal ilmiah internasional. Kurun Juni 2009, ITB masih peringkat teratas, bahkan di atas LIPI. Sedangkan nama ITS belum nongol di lima besar se-Indonesia versi Scopus.

Beberapa tahun lalu, seorang pejabat ITS pernah mengeluh pada media lokal kalau ITS susah menambah doktor dan profesornya karena kurangnya motivasi dan sibuk "ngantor" di luar. Tapi sekarang (mungkin) beda, ITS sedang produktif menghasilkan profesor baru. Para dosen juga "dipaksa" jadi doktor, kalau tidak bisa dibilang terpaksa karena malu dosen-dosen muda sekarang sudah banyak yang doktor. Sekali lagi, motivasi dan apresiasi.

Dr Nieuwenhuis berkata "Suatu bangsa tidak akan maju sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkurban untuk keperluan bangsanya,". Saya mengartikannya sebagai sosok guru yang tulus mengembangkan ilmu untuk muridnya. Melalui muridnya itulah bangsa ini maju. Walaupun guru itu yang akhirnya menjadi korban dengan kesederhanaannya.

Pola pikir terbuka
Walaupun (katanya) sombong, alumni ITB secara terbuka ramai mengkritik almamaternya sendiri. Lihat milis dan blog bertema ITB. Terkadang kritiknya pedas, sehingga debat kusir sering terjadi di dunia maya. Uniknya, pemikiran terbuka dan perdebatan itu berjalan konstruktif.

Mereka juga membahas guyonan Jusuf Kalla saat memberi pidato saat Dies Emas ITB 2009 kemarin. "Kalau negeri ini gagal, maka ITB harus bertanggung jawab,". Argumen Kalla waktu itu karena ITB menempatkan tujuh alumninya di kabinet SBY-JK. Cukup logis, apalagi dua orang ITB juga pernah meraih kursi RI 1. Hati saya nyeletuk, untung ITS cuma taruh Pak Nuh.

Termasuk pola pikir "Saya harus kerja jadi insinyur, karena saya lulusan ITS!" itu cukup terpatri kuat. Apa memang hukumnya wajib ketika saya lulus nanti saya harus bergaul dengan alat-alat pertukangan? Apa tidak ada pilihan lain? Jujur, terkadang hal ini menghambat pola pikir kreatif. Tapi saya sadar, saya tak boleh mengingkari "kodrat" sebagai (nantinya) alumni institut teknologi.

Dalam beberapa blog, civitas ITB begitu bangga dengan pesebaran alumninya. Mereka bernostalgia dengan nama besar Soekarno dan Habibie. Mereka juga bercerita bagaimana apiknya Hatta Radjasa membanting setir dari Kepala BPPT menjadi Ketua Parpol lalu sekarang jadi Ketua Ikatan Alumni ITB. Atau Ahmad Bakrie dan Arifin Panigoro dengan raksasa bernama Bakrie Group dan Medco Group yang mereka rintis dari nol. Mungkin lebih mencengangkan adalah kisah hidup anak desa dari Sulawesi: Ciputra.

Tak jarang alumni ITB yang justru keluar jalur. Seperti bagaimana fasihnya seorang Fadjroel Rahman dan Rizal Ramli beretorika tentang sistem ekonomi negara. Lain hal, tentu para pecinta sastra tak lupa ketika Nirwan Dewanto mengagetkan dunia sastra Indonesia saat ia tampil di kongres kebudayaan 20 tahun silam. Atau bagaimana seorang Purwacaraka pandai menggubah partitur walau latar pendidikannya Teknik Industri.

Sebenarnya pola pikir ini harus sedikit demi sedikit tertanam. Mungkin sudah mulai tampak dalam dunia akdemik dan kemahasiswaan di ITS. Munculnya pelatihan ESQ, mata kuliah Technopreneurship, seminar-seminar softskill, dan semakin banyak mahasiswa yang cum laude dan lulus tepat waktu (walau saya tak termasuk di dalamnya) bisa jadi bukti. Geliat kegiatan mahasiswa juga mulai tampak kreatif dan tepat guna. Beberapa tahun terakhir, dari mahasiswa muncul sebuah gerakan dinamisasi untuk mendobrak jauh keluar pattern yang kolot.

Alumni
Sadar atau tidak, IKA ITS jadi panutan bagi ikatan alumni lainnya. Bahkan di milis IA ITB, IKA ITS benar-benar disanjung. Bukan sebuah khayalan, ikatan alumni bisa jadi kendaraan politik yang cukup solid dan bernilai. Hal itu yang terjadi pada Joko Kirmanto (Menteri PU) mantan Ketua KAGAMA, Sofyan Djalil (mantan Menkominfo) juga bosnya ILUNI, dan Hatta Radjasa (Menko Ekuin) adalah Ketua IA ITB.

Alumni ITB tersebut kagum dengan kedewasaan para alumni ITS. Alumni ITS, katanya, tidak ambisius dan saling sikut. Padahal Pak Nuh, saat masih Menkominfo, berpeluang besar jadi ketua. "Apa ia nggak mau ikut jejak temannya di kabinet?" katanya. Tapi IKA ITS mampu mendorong agar Pak Nuh fokus pada amanahnya sehingga kursi Ketum jatuh ke Dwi Sutjipto, Dirut Semen Gresik, tanpa "pertumpahan darah".

Bukan isapan jempol. Saya pernah kerja praktek di galangan. Ketika itu banyak alumni ITS (bukan banyak tapi semuanya), saya serasa hidup di rumah sendiri. Pembimbing saya sangat membantu, termasuk memudahkan saya membuat laporan. Kalau bertemu alumni ITS rasanya seperti kawan lama tak bersua.

Kekuatan alumni inilah yang sering terlupa. ITB dan UI terkenal punya jaringan yang menggurita di pemerintahan, BUMN, dan BUMS. Kesolidannya terihat dimana ketika ada alumninya yang promosi jabatan, maka semua alumni serentak mendukung. Mereka juga secara aktif menempatkan alumni terbaiknya di institusi penting itu dan merekrut juniornya untuk turut mewarnai institusi. "Alumni ITS kelihatannya kalau sukses sendiri-sendiri, " tulis dalam milis itu. Belum lagi tentang loyalitas mereka pada almamater.

Alumni ITS? Diam-diam menghanyutkan. Baru-baru ini terbit buku berjudul Inspire to Succes: Menuju Kemandirian Bangsa Ide 100 tokoh alumni ITS. Entrepreneur, Pejabat BUMN/BUMS, Pemerintahan, Pendidikan, LSM/Organisasi, dan peneliti. Pucuk-pucuk pimpinan dan posisi strategis itu sudah pernah kita pegang. Bahkan tak sedikit, alumni ITS yang keluar jalur dan sukses. Walau tak sepopuler alumni ITB, nyatanya alumni ITS juga tak bisa dipandang remeh.

Semua poin tadi adalah sedikit perbandingan saja. Masing-masing punya karakter dan nilai positif. Agar tak tergelincir, maka belajarlah merunduk seperti padi. ITB dan ITS memang kampus teknik terbaik, tapi baru di kandang sendiri. Ketika di Asia apalagi dunia, nama keduanya masih "di bawah garis kemiskinan". Bagi saya, lulusan apa pun kita atau bahkan tak pernah mencicipi bangku kuliah sekalipun, akan lebih bernilai ketika kita mampu berkontribusi bagi masyarakat luas di sekitar kita. Dengan cara apapun.

"Dik, Kakak beri kamu sebungkus hadiah untuk ulang tahunmu November besok,".
"Jangan Kak. Beri saja hadiah itu pada Ibu. Dialah yang berjasa sampai kita berumur 50,"
"Sekarang Ibu mana?"
"Itu..." Sang Adik menunjuk gubuk-gubuk reot di balik kemegahan gedung berteknologi tinggi yang dibangun para insinyur cerdas.

Bahtiar Rifai Septiansyah
Mahasiswa Teknik Perkapalan

Senin, 08 Februari 2010

SUlitnya cari pekerjaan di Indonesia..

Saking susahnya nyari kerjaan, akhirnya seorang lulusan ITB terpaksa
menerima tawaran untuk bekerja di sebuah Kebun Binatang.

“Apa boleh buat daripada nganggur…., bekerja jadi penghibur seperti ini juga bolehlah, yang penting halal!” begitu tekadnya.

Maka sejak hari itu sang insinyur muda mulai bekerja sebagai “monyet-monyetan” di kebun binatang tersebut.

Sepanjang hari dia harus betah mengenakan baju dan topeng monyet sambil mengunyah pisang atau kacang rebus terus-menerus.

Dia harus jumpalitan selincah mungkin untuk menarik perhatian pengunjung kebun binatangyang berkunjung, pokoknya tak beda dengan monyet asli yang sudah mulai punah.



Hari-hari berikutnya tak ayal lagi pengunjung Kebon Binatang jadi membludak lantaran mau melihat si monyet super yang konon tidak hanya lincah dan gesit beraksi tetapi juga cerdas..!!! Wong lulusan ITB kok.

Sayang sekali yang namanya sial itu sulit dielakkan…., dan akhirnya
bisa datang juga kepada si monyet-monyetan ini.

Sedang enak-enaknya si monyet jumpalitan, tiba-tiba: “gedebuk….. byurrrrrrrrrrr” dan Sang monyet terjatuh ke dalam kandang buaya.

“Waduh…, mati aku..!!!” pikirnya sebelum dimangsa oleh buaya-buaya ganas itu.

Tapi ketika mulut buaya terbuka lebar siap menggigit sang monyet…, dari dalam terdengar suara berbisik :

“Jangan takut mas….kami dari UI …….. “
X_XнëнëнëX_XX_XнëнëнëX_XX_XнëнëнëX_X

Rabu, 03 Februari 2010

KTKLN yg bikin gusar

Ini ada petikan pembahasan masalah KTKLN yg lagi rame..


Diana namanya, enam bulan lalu pulang dari UAE, sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Sebenarnya bukan bekerja pada orang lain, namun masih ada hubungan keluarga. Hitung-hitung ketimbang harus mempekerjakan orang lain, lebih baik memanggil Diana, yang waktu itu tidak bekerja sementara butuh penghasilan untuk membiayai anaknya yang sedang duduk di kelas dua Sekolah Dasar.
Diana yang hanya bekerja selama dua tahun di UAE, harus keluar kocek, mulai dari ongkos pembuatan passport hingga fiskal yang jika dihitung jumlahnya akan lebih dari Rp 2 juta, termasuk ongkos transport. Maklum, orang sekelas dia tidak memiliki kendaraan sendiri untuk segala kebutuhan ini. Untuk ukuran Diana, duit sejumlah ini tentu saja ukurannya cukup besar.
Saya menanyakan, apakah masih tertarik untuk bekerja di luar negeri, barangkali ada rekan atau kenalan yang membantu tenaganya, sehingga bisa menjadi peluang baru bagi Diana untuk mendapatkan pekerjaan, ketimbang harus bekerja yang sama di negeri sendiri. Diana berpikir sejenak, butuh waktu untuk mengambil keputusan terakhir. Sebulan lebih berlalu, Diana belum tertarik untuk balik lagi. Ke luar negeri, katanya, tidak semudah pulang pergi Jakarta-Bogor!
Ketika saya tanya kepada Agung, salah seorang warga kita yang baru dua bulan kerja di Qatar, berapa biaya yang dia keluarkan untuk mendapatkan KTKLN, dia bilang Rp 2,500,000 saja! Ini sungguh, bukan bohongan!
Dengan aturan yang baru, KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri), saya jadi mengerti, kenapa Diana tidak terlalu tertarik ajakan ke luar negeri. Dan bagi Agung, KTKLN nyata-nyata sebuah bentuk mempersulit warga Indonesia untuk bersaing bekerja di luar negeri.

Aturan di dalam negeri ini kenyataannya menjadi lebih berbelit. Macam-macam alasan Pemerintah kita (baca Oknum?) mengapa harus diberlakukan hal ini. Jika saya telusuri, terdapat tiga alasan mendasar di belakang KTKLN ini. Yang pertama alasannya adalah penertiban tenaga kerja kita di luar negeri. Yang kedua, alasan monitoring. Dan yang ketiga demi perbaikan sistim serta perlakukan tenaga kita oleh pengguna tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Penertiban

Ada aksi, tentu saja muncul reaksi. Himbauan dari pihak yang mengeluarkan aturan ini mengatakan bahwa aturan ini hendaknya tidak dibesar-besarkan dan jangan dinilai dari satu sudut, yakni mempersulit tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Sebuah himbauan yang terkesan mengada ada.

Kenyataannya memang mempersulit. Bagaimana tidak mempersulit jika, baik dari sudut fisik, material dan psikologis cukup membuat tenaga kerja kita yang berada di luar negeri repot, khususnya yang sedang cuti, bisa jadi 'kelabakan' sebelum balik ke negara tempat mereka bekerja. Teman-teman kita yang bekerja dan tinggal di Timur Tengah misalnya, makin memiliki kesan yang kuat, bahwa bukannya pemerintah menyimplifikasikan prosedur, justru memperumit keadaan.

Berapa kali sudah pemerintahan kita melalui sejumlah kabinetnya yang melanglang buana, mengunjungi sejumlah negara, mulai tetangga hingga Belanda, untuk benchmarking masalah ketenaga-kerjaan ini? Tidak jauh-jauh, lihat saja di Filipina, Thailand atau Malaysia. Berapa jumlah tenaga kerja mereka yang berapa di luar negeri? Tidak tertibkah mereka? Di Filipin, dikenal OFW (Overseas Filipino Workers). Mereka yang bekerja di luar negeri, nimbrung bersama dalam wadah dan di bawah payung OFW.

Jika ada masalah, mereka turun tangan. Kedutaan besar mereka di luar negeri adalah kepanjangan tangan OFW. Mereka cepat tanggap jika ada masalah. Bahkan yang namanya pelatihan-pelatihan , seambreg jumlahnya, ditangani oleh mereka. Gratis lagi! Mereka memang harus membayar iuran, tetapi tertib. Mereka juga yang mengurusi passport warga negaranya. Pokoknya, one stop shopping.

Kita? Tidak perlu di dalam negeri, di Qatar saja misalnya, sudah banyak sekali singkatan-singkatan yang membawa bendera sendiri-sendiri, menurut hobi dan profesi masyarakat kita, persatuan ini keq, itu keq. Himpunan ini dan himpunan itu. Tidak dalam kendali satu organisasi yang mengayomi sejumlah bendera profesi, kepentingan maupun hobi.

Kalau kita mau tertib, memang arahannya harus dari atas. Jika yang di atas sana memberikan contoh-contoh yang baik bagi warganya, otomatis bisa dimanfaatkan sebagai cermin bagi kita yang di bawah, rakyat biasa. Kalau dubes kita senang menyanyi dan dangdutan, ya bagaimana warga akan terpacu untuk menggali ilmu atau ketrampilan lain di luar negeri atau bikin banyak kegiatan positif macam orang-orang Filipina? Jangan berharap masyarakat bisa tertib kalau pimpinan dan stafnya amburadul dalam mengelola masyarakat kita.

Berapa jumlah warga kita di luar negeri yang dilecehkan? Di Malaysia, Singapore, UAE, Arab Saudi, Kuwait. Jumlahnya banyak yang tidak terlaporkan. Belum lagi yang lari atau diam di belakang kantor-kantor perwakilan RI. Yang di situ aja belum bisa ditertibkan. Jadi apa maksud KTKLN? Sampai saat ini, masih aja keluhan penanganan di Bandara Cengkareng terhadap TKI-TKI kita seolah-olah mereka masyarakat kelas dua di negeri sendiri. Inikah penertiban yang dimaksud?

Monitoring
Sekarang lagi jamannya computer. Istilah pun jadi macam-macam. Monitor yang semula hanya dipakai untuk layarnya computer, kemudian dipakai untuk menyebut istilah 'kendali' sebagai penggantinya. Monitoring, keren kedengarannya. KTKLN diharapkan pemberlakuannya bisa digunakan untuk memonitor tenaga kerja kita di luar negeri. Apa obyek konkrit yang dimonitor? Pihak KTKLN yang paling tahu elaborasinya.

Barangkali dengan didaftarkannya seluruh tenaga kerja kita di KTKLN, mereka akan memiliki semacam Database yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan statistic. Mulai dari jumlah, jenis kelamin, umur, jenis kerjaan, lokasi negara, klasifikasi gaji dan sebagainya. Untuk apa semua ini? Kembali lagi, pihak KTKLN yang paling tahu dan bisa menjawabnya. Karena mereka sudah melakukan penelitian tanpa harus menjadi warga Indonesia yang pernah kerja di luar negeri.

Ah, jadi kayak Auditor aja. Kalau yang begini tujuannya, ya sebenarnya tidak perlu membentuk sendiri badan semacam ini. Bukankah sudah ada Departemen Tenaga Kerja? Selain itu, ada juga Dirjen Imigrasi. Di lembaga-lembaga semacam ini mestinya sudah tersimpan data yang dimaksud di atas. Jadi apa yang harus dimonitor?

Kalaupun monitoring juga untuk memantau perlakuan 'majikan', tentang salary, jaminan kesehatan, atau urusan tetek bengek lainnya, lho, kan sudah ada KBRI sebagai kepanjangan tangan Pemerintah yang bisa saja di bawahnya dibentuk seksi-seksi kecil seperti FOW bagi orang Filipin di atas? Andai Gus Dur masih hidup, barangkali beliau akan bilang: "Gitu aja koq repot!!"

Memperbaiki Sistem

Hari ini, ketika artikel ini saya tulis, demo besar sedang berlangsung di Jakarta. Istana Negara dilempari peti mati dan tikus (Detik.com, 28 Jan, 2010). Ini suatu pertanda bahwa rakyat kurang atau tidak puas dengan kinerja pemerintah dan sistem yang ada.

Jika tujuannya untuk memperbaiki sistem dalam penanganan tenaga kerja kita di luar negeri, lha terus, apa hasil kunjungan sejumlah anggota DPR dalam beberapa tahun terakhir ke beberapa negara itu? Tidakkah mereka melihat, mana ada negara di dunia ini yang memiliki lembaga semacam KTKLN? Apakah dengan tidak memiliki KTKLN lantas negara-negara tersebut tidak baik penanganan tenaga kerjanya di luar negeri?

Lihatlah orang-orang Inggris, India, Amerika, China, Filipina, Bangladesh, Pakistan, Sri lanka hingga Nepal! Tanyakan kepada mereka kalau punya kartu ini dan itu selain Visa Card, Passport dan SIM? Hal itu tidak mengurangi sistem mereka yang membuat rakyat kondisi sosial ekonominya juga lebih baik ketimbang kita.

Di negeri ini, RT, RW, Kelurahan, Camat, Kabupaten, Kota Madya, hingga kantor Gubernur...apa masih kurang? Di negara-negara Arab, tidak ada yang namanya RT-RW, tapi data pendudukan tertib. Orang memiliki passport saja cukup dan bisa dipakai ngurusin banyak hal tanpa kartu-kartu lain. Kita? Kalau nggak ada KTP atau SKKB, jangankan kerja, melamar saja sulit. Sekarang koq gilirannya KTKLN dengan tujuan memperbaiki sistem.

Ah! Barangkali, menurut hemat saya, KTKLN ini tujuan utamanya hanya untuk menambah perbendaraan singkatan dalam Kamus Bahasa Indonesia di Wikipedia saja. Saya jadi ingat komentar warga asing yang pernah tinggal di Indonesia. Salah satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah: Negara Indonesia adalah negara yang paling kaya mengumpulkan singkatan.

Karena itu, kalau boleh saya panjangkan, KTKLN adalah: Korupsi-Teruskan dan Kolusi-Lestarikan di Negeriku; Kita Terapkan Kepemimpinian yang Liar dan meNakutkan; Kalau Tidak Korupsi, Langsung Nelangsa.

Doha, 28 January 2010

Senin, 01 Februari 2010

ASC buka lowongan

ASC buka lowongan lagi...
Bagi yg berminat keluarga atau saudara..., pinteran sekarang emailnya diganti ga pake Recruitment@asc.co.id

CAREER OPPORTUNITY

We are one of the largest Petrochemical Company in Indonesia, seeking to expand our team by recruiting high caliber profesional for the following positions:

TAX STAFF (TS)
You should be Male 25-30 years old, minimum D3 degree in Taxation and have a Brevet A certificate is preferably, have experience at least 2 years in handling e_SPT monthly and annual tax report, annual tax returns and VAT, preferably in Multi National Company. Have good computer skill, be able to work with tight deadline and to perform work both independently and in a team. To be stationed in Jakarta.

ACCOUNTING STAFF (AS)
You should be Male, max. 27 years old, D3 (Academy) or University Degree in Accounting. Have good computer knowledge. Having experience as General Accounting Staff will be an advantage. To be stationed in Jakarta.

BERTH CONTROL STAFF (BC)
You should be Male, max. 35 years old, graduated from Marine Academy / University, have good Health (Physically and Mentally). Having computer literacy and fluent in English. Familiar with SAP, ISO system and having organizational experience will be an advantage. Having experience minimum 2 (two) years in merchant ship will be an advantage. To be stationed in Cilegon.

PURCHASING STAFF (PS)
You should be Male, max 35 years old, University graduated with Technical background Mechanical, Electrical, Instrument, Civil or Computer, have good Health (Physically and Mentally). Having computer literacy and fluent in Engish. Familiar with SAP, ISO system and having organizational experience will be an advantage. Having several years experience in Purchasing or Import or Logistics will be an advantage. To be stationed in Jakarta or Cilegon.

To apply please send your application letter, CV, recent passport-sized photograph, copy of last education certificate and academic transcript by putting the code on the top left of your envelope at the latest two weeks after this advertisement to:

PO BOX 6946 JKS-ST
JAKARTA 12069
Or
recruitment42447@gmail.com

Senin, 25 Januari 2010

Last High Quality Safety Staff

Rekan kita ini mungkin sebagian pernah melihat eksistensinya di ASC, terutama rekan2 di PVC-VCm-2, Doi pernah bertugas di safety di sebagian produksi. DOi masuk sekitar tahun 2000 dan menjadi alumni sektar tahun 2007.
Posisi terkahir doi bertugas di ASC yaiut sebagai safety yg mengurusi Hiygine dll, makanya doi sering banget berhubungan dengan Klinik ASC, terutama Dr Erdy.
Dan begitu juga dengan tugasnya sekarang di Exon Oil co. doi bertugas sebagai Safety Hygiene, LUlusan ITB jurusan TEknik LIngkungan ini juga sempat menyelesaikan kuliah DI UI (S2) jurusan K3.
Doi masih bertempat tinggal di Cilegon sementara ini walaupun bertugas diluar pulau jawa. Ditanya mengenai keinginan untuk pergi ke Middle East, doi menjawab sementara ini baru menuntut ilmu yg dianggap masih kurang, jika waktunya tepat, Why not..siapa sih yang ga tergiur dengan fasilitas mewah di Middle east Oil company, eperti yg pernah ditawarkan Kuwait Oil COmpany baru-baru ini kepada beliau, namun karaen merasa ilmunya belum tamat di Exxon, maka Doi menolak dengan halus, tenteu saja Maybe Next time..
bagi rekan-rekan yg ingin menjalin persahabatan dengan beliau bisa mengadd di Facebook search ADi Wibowo atau email : s.adiwibowo@yahoo.com
Yang terakhir mungkin doi The Last Man dari safety yg menjadi alumni ASC, karan melihat konisi sekarang, penghuni departemen safety sudah merasa mapan dan makmur sehingga tidak tergiur tawaran lain, ditambah banyak staff safety yg berasal dari operator, dan tentu saja hal ini merupakan pencapaian tertinggi buat hidup mereka menjadi staff safety..apalagi yg mereka cari....generasi Emas safety telah berkahir dan ADI Wibowo sebagai Last man in Safety which is high quality person
SEmoga sehat and sukses selalu menyertaimu friend...

Minggu, 10 Januari 2010

Pioneer of PVC Invasion in Petronas


SEperti yang diketahui bersama, rekan-rekan ASC dari departemen VCM sudah banyak yg bermigrasi ke Petronas, diawali dari VCM-2 sekarang sudah mulai mencakup VCM-1 pula. Rekana kita yang satu ini malah lebih spekatakuler, karean menjadi Pioneer departemen PVC untuk ikut menginvasi Petronas.
Dengan bekal ilmu yang diperoleh dari bos-bosnya terdahulu, dan rajin membantu pekerjaan bosnya di PVC-ASC, ditambah dengan ilmu yang diperoleh dari Universitas Tirtayasa yang doi jabanin nyambi bekerja..doi berhasil menjadi Engieneer yang handal di Petronas, bahkan sekarang manjadi andalan, HP tidak dimatikan selama 24 jam (sangking dibutuhkannya). Hal ini bisa menjadi contoh buat rekan-rekan lain yang ingin mengikuti jejak doi, jangan malu dan males jika diberikan tugas dan permintaan bantuan dari Bos, karena hal itu bisa menjadi berguna suatu hari nanti.
walaupun sudah tidak di ASC, doi kadang masih sering main ke ASC, yah tentu saja saat Admin lagi bertugas hehehe...selain silaturahmi doi juga berdiskusi mengenai perkembangan produksi di Petronas dibanding ASC.
Semoga Amin Yulianto bisa menajdi panutan rekan-rekan, dan tentu saja diharapkan bisa menjadi seperti Trio VCM-2 (Yakub, Edwin-SUmaryadi) yang bisa mengajak rekan-rekan yang lain mengadu nasib dinegeri Jiran..Good LUck Friend .. Wishing all the best for U...